Pertama kali masuk kuliah, saya sangat tertarik dengan apa itu yang disebut: ngapak. Menurut saya ngapak adalah salah satu dialek paling menarik. Mendengarkan ibu- ibu warteg berbincang dengan rekannya menggunakan dialek yang satu ini berasa seperti hiburan tersendiri. Apalagi saat saya pertama kali mendengarkan kosa kata- kosa kata seperti: kencot, inyong, dll. Itu sangat lucu bagi saya.
Dan akhirnya saya mengenal duo ngapak di kampus saya. Taraaaa.... Taraaaaaa.......
Sebut saja Inay dan Nana.
Nana ini kalem banget orangnya, hobinya senyam- senyum tiap kali saya ngomong. Keponakan dari dosen Psikologi Sosial ini, juga merupakan orang pertama yang mengetahui rahasia saya. Rahasia saya tentang Bidam dan Salyeong- gwan. Dia juga yang (ga tau ini demi aku atau tidak, tapi aku anggep aja ini demi aku) membolos salah satu jam kuliah untuk menemani saya melakukan sebuah misi. Pokoknya, Nana ini orang yang sangat baik dan saya percaya. Setidaknya, ditangan dia rahasia saya tidak menyebar dengan sangat mudahnya selayaknya bau kentut.
Kalau Inay ini orangnya lincah, gesit, dan bisa dibilang jelmaan cowok dilihat dari kondisi fisiknya yang tahan banting. Salut saya sama dia. Ga ada capeknya. Ngapakers yang satu ini, sangat berjasa dalam kehidupan saya. Ya, dia telah banyak membantu saya. Mulai dari bikin saya bisa ngobrol sama Salyeong-gwan,hadap- -hadapan, nememin seharian, bahkan nelponin taksi untuk saya. Inay kerap kali mengucapkan kata- kata yang membuat saya meleleh. Bisa dibayangkan tidak bahwa saya melting karena dia? Diantara banyak ucapannya, saya paling menyukai:
Cinta itu jangan dipendam.. ga bakalan tumbuh pohon duit kok.. yang ada malah tumbuh pohon galau. hayoloh..*) ini sebenarnya belum selesai. Tapi karena mau posting tentang lampu kamarku jadinya harus diposting duluan.











